<data:blog.pageTitle/>

This Page

has moved to a new address:

https://klinikilmu.com

Sorry for the inconvenience…

Redirection provided by Blogger to WordPress Migration Service
Klinik Ilmu: Mengembangkan Skill Abad ke-21 (Critical Thinking - VARK)

Kamis, 11 Oktober 2018

Mengembangkan Skill Abad ke-21 (Critical Thinking - VARK)

Apa itu VARK

Abstrak

Pemanfaatan teknologi yang semakin sekarang semakin baik sesuai perkembangan teknologi digital saat ini. Pemanfaatan teknologi untuk mengembangkan keterampilan siswa pada abad ke-21 ini, meliputi Creativity and Innovation, Critical Thinking dan Problem Solving, Communication, dan Collaboration. Pentingnya implementasi keterampilan ini pada siswa, keterampilan tersebut dibutuhkan siswa untuk menghadapi dunia kerja nantinya yang sekarang ini semakin pesat baik disemua bidang dan industri. Banyak metode  gaya belajar yang dapat digunakan oleh peneliti dalam mendukung pengembangan keterampilan salah satunya menerapkan gaya belajar VARK (Visual, Aural, Read/write, Kinestetic) pada pembelajaran pemrograman. Belajar pemrograman menggunakan Scratch dapat mendukung semua aspek dalam keterampilan abad ke-21.

Keywords—component; 21st Century Skills; VARK; Scratch; Learning Style

Pendahuluan

Salah satu dari tujuan utama dalam programming education adalah untuk mengembangkan kompetitif 21st Century Learning Skills bagi siswa [1]. Banyak penelitian dilakukan pada ruang lingkup ini melalui berbagai macam kurikulum yang inovatif dilakukan untuk mengembangkan kemampuan belajar siswa pada abad ke-21. Beberapa project yang diimplementasikan seperti game-based learning; belajar melalui video game, serta belajar untuk merancang, membuat, dan menemukan sesuatu. Project tersebut digunakan untuk mengembangkan keterampilan siswa yang mana peneliti menunjuk bahwa kurangnya instrumen untuk pengukuran keterampilan siswa dalam berpikir kreatif, merencanakan sistematis, berpikir kritis, kolaborasi dan komunikasi, memecahkan masalah , dan belajar terus menerus [2], [3]. Selanjutnya, 21st century learning skills telah tertanam dalam kurikulum nasional disejumlah negara besar, yang memerlukan pemantauan dan pengukuran yang harus dicapai siswa [3].
Miguel Nino dan Michael Evan menggunakan digital-game based learning untuk mengembangkan keterampilan siswa dalam memecahkan suatu masalah,, belajar melalui video game yang diketahui memiliki relasi dalam edukasi [1]. Beberapa studi mengatakan bahwa video game memiliki hasil yang positif bagi siswa, seperti tingkat keterlibatan siswa dan pemahaman yang lebih baik terhadap topik yang kompleks. Berdasarkan hasil tersebut, banyak video game yang dikembangkan untuk tujuan pembelajaran khususnya dalam pemecahan masalah bagi siswa.
Keterampilan ini sangat berguna bagi siswa nantinya, tidak hanya untuk kemampuannya, tetapi juga untuk transfer pengetahuan yang dapat digunakan siswa pada karir profesionalnya. Pentingnya keterampilan pemecahan masalah pada abad ke-21, diikuti dengan keterampilan berpikir kritis yang mana tidak banyak penelitian yang melibatkan berpikir kritis kedalam keterampilan abad ke-21, serta keterampilan lainnya seperti komunikasi, kolaborasi, dan kreativitas dibutuhkan di semua bidang dan industri [1], [4].

Pentingnya mengembangkan keterampilan siswa pada abad ke-21, Akan tetapi pada dasarnya jika dikaitkan gaya belajar siswa, setiap siswa tidak memiliki gaya belajar yang sejenis satu sama lain. Adapun model belajar yang diusulkan oleh Fleming yang membagi gaya belajar siswa menjadi Visual, Audiotory, Reading/writing, dan Kinestetic (VARK). Gaya belajar adalah suatu proses atau preferensi yang mendorong siswa untuk memahami, dan meningkatkan cara belajarnya. Oleh karena itu, guru harus memikirkan dan memahami bagaimana siswa mereka belajar [5]. Oleh karena itu dibutuhkan instrumen penelitian yang nantinya akan digunakan sebagai metode penilaian keterampilan siswa dalam belajar, dengan menerapkan pembelajaran pemrograman menggunakan alat atau media (Scratch) bertujuan untuk melengkapi semua aspek dalam keterampilan abad ke-21 ini.
Artikel ini bertujuan untuk mendalami kemajuan 21st century skills dibidang edukasi. Bagian II berisi tinjauan literatur terkait serta di ikuti dengan ringkasan. Untuk mempersempit kajian pembahasan pada bagian III metode assessment dibatasi hanya pada pengembangan keterampilan critical thinking siswa pada abad ke-21. 

Teori

A.    21st Century Skills

21st Century Learning Skills
P21 (The Partnership for 21st Century Skills) mendefinisikan keterampilan abad ke-21 sebagai keterampilan, pengetahuan dan keahlian yang harus dimiliki oleh siswa untuk kehidupan dan berhasil di dunia pekerjaan yang sekarang ini semakin kompleks.  P21 membagi 21st century skill kedalam beberapa elemen framework yaitu Creativity and Innovation, Critical Thinking dan Problem Solving, Communication, dan Collaboration.
Berdasarkan P21 framework [6], Critical thinking melibatkan kemampuan untuk bertanya, dan menantang pendapat serta kepercayaan orang lain dan memutuskan tindakan yang harus dilakukan. Creativity melibatkan berbagai teknik pembuatan ide atau gagasan baru yang bermanfaat, sehingga siswa dapat menguraikan, memperbaiki, menganalisa, mengembangkan dan mengevaluasi gagasan mereka sendiri untuk meningkatkan dan meningkatkan usaha mereka dalam berpikir kreatif. Communication mengartikulasikan pemikiran dan gagasan secara efektif dengan menggunakan kemampuan komunikasi lisan, tulisan, dan nonverbal sebagai tujuan dalam berbagai bentuk aktivitas. Collaboration menunjukkan kemampuan bekerja secara efektif dan kompak terhadap tim yang beragam.

B.    VARK

Belajar melibatkan penyampaian informasi sebagai operasi kognitif dan kemudian memproses data tersebut. Gaya belajar siswa dipengaruhi oleh beberapa elemen, termasuk kognitif; bagaimana siswa dapat memproses data saat memahami, mengingat serta mengatasi masalah. Afektif; melibatkan kepribadian siswa seperti perhatian, emosi, motivasi, insentif, kebosanan dan kecemasan. Fisiologis; berkaitan dengan karakteristik biologis siswa. Pandangan psikologis; berkaitan dengan identitas siswa. Dengan mempertimbangkan beberapa aspek tersebut, sehingga guru penting untuk mengajarkan beragam gaya belajar. Model gaya belajar yang ditawarkan adalah VARK (Visual, Aural, Read/write, dan Kinestetic) [7].
Berdasarkan VARK model, siswa dengan kemampuan Visual dapat menggunakan gambar saat menjelaskan sesuatu. Mereka umumnya lebih suka duduk didepan kelas. Siswa ini dapat belajar dengan baik jika menggunakan tampilan visual termasuk diagram, video, animasi, buku teks bergambar atau handout untuk menyerap informasi. Pelajar Aural belajar dengan baik melalui pelajaran verbal, diskusi, membicarakan sesuatu, dan mendengarkan apa yang orang lain katakan. Siswa ini sering mendapatkan keuntungan saat membaca teks dengan keras ataupun mendengarkan suatu informasi untuk menyerap informasi. Pelajar dengan gaya belajar Read/write lebih memilih informasi yang ditampilkan sebagai kata-kata. Penekanan informasi input dan output berupa teks dengan membaca dan kemudian menulisnya kembali kedalam catatan. Sedangkan pembelajar Kinestetic belajar paling baik dengan melalui pendekatan secara langsung terhadap suatu kasus, sehingga melibatkan beberapa aktivitas saat belajar [8].

C.    Tools

Untuk mengembangkan keterampilan abad ke-21 diperlukan alat sebagai pendukung dalam penilaian. Environment visual programming yang sedang popular seperti Scratch [2] dapat digunakan pada pengembangan keterampilan siswa [10]. Scratch adalah bagian dari generasi teknologi baru untuk membantu mempersiapkan siswa bagi Creative Society.
Dalam pengembangan keterampilan berpikir dan penyelesaian masalah dengan menggunakan Scratch, siswa dapat membangun suatu proyek yang memberikan mereka pengalaman langsung dengan penginderaan, feedback dan konsep sistem dasar lainnya. Scratch mendorong siswa untuk berpikir kreatif, berpikir kritis dan mendukung siswa melakukan aktivitas mencari informasi dan memecahkan masalah saat menggunakan aplikasi. Diikuti dengan keterampilan informasi dan komunikasi yang memungkinkan siswa belajar memilih, membuat, dan mengelola berbagai bentuk media, termasuk animasi, gambar, teks, dan audio. Keterampilan interpersonal dalam penggunaan Scratch memungkinkan siswa untuk bekerja sama atau kolaborasi dalam proyek dan pertukaran kode.

Metode

Berbagai macam metode penilaian yang dilakukan sebagai tujuan dalam pengembangan keterampilan siswa pada abad ke-21, terutama dalam aspek pengembangan pemikiran kritis yang diikuti dengan gaya belajar siswa.

A.   Critical Thinking Assessment

Pada penelitian Lin, dkk [4]. menggunakan siswa kelas 3 dan kelas 4 sebagai sampling. Pada proses penilaian, peneliti menentukan dua cerita yang populer. Pertanyaan peniliaian dimasukkan kedalam proses bercerita. 37 pertanyaan yang di desain berdasarkan dimensi dari critical thinking skills menggunakan lima dasar penelitian Facione. Menurut ahli, keterampilan kognitif yang menjadi inti dari critical thinking meliputi interpretasi, analisis, evaluasi, kesimpulan, penjelasan, dan pengaturan diri [9]. Pertanyaan di desain merupakan gabungan antara pertanyaan terbuka dan tertutup yang diberikan kepada siswa untuk dikerjakan selama 40 menit setelah cerita tersebut diceritakan sesuai dengan tempat duduk siswa untuk menghindari diskusi antar siswa. Setelah proses selesai, siswa dibutuhkan untuk mengisi tingkat kepuasan pada kuisioner. 

B.   Curriculum Design

Fase perancangan kurikulum dimaksudkan untuk menentukan beberapa aktivitas yang memungkinkan peneliti dalam mewujudkan tercapainya tujuan penelitian. Tujuan tersebut meliputi.
-          Membantu siswa memahami Object Oriented Programming.
-          Mengembangkan pembelajaran berbasis proyek yang melibatkan pemrograman dengan menggunakan Scratch.
-          Mendorong siswa berpikir kritis dalam pemecahan masalah menggunakan Scratch.

Kesimpulan

Hasil dari beberapa penelitian menunjukkan bahwa sekolah dengan fokus yang berbeda, preferensi siswa dalam membaca buku serta waktu yang dihabiskan dalam aktivitas membaca dapat mempengaruhi tingkat kritis siswa. Dari beberapa metode yang dipaparkan, tidak semua metode dapat digunakan dengan baik. Pemilihan metode yang tepat tergantung pada lingkungan sekolah yang akan diimplementasikan. Beberapa faktor seperti gaya belajar siswa juga mempengaruhi penilaian. Karena tidak semua siswa memiliki gaya belajar yang sama, bahkan satu siswa dapat memiliki gaya belajar yang campuran misalnya Visual/Aural, Visual/Kinestetic, Aural/Read/write dan lainnya.
Pada penelitian yang dilakukan oleh Pinto dan Escudeiro tidak sepenuhnya melibatkan pendekatan untuk mengembangkan keterampilan pemikiran kritis siswa yang mana siswa seharusnya dihadapkan beberapa latihan soal atau pemecahan masalah menggunakan Scratch. Oleh karena itu dibutuhkan pengembangan metode gaya belajar siswa yang melibatkan pemikitan kritis yang akan dikembangkan selanjutnya.
Pustaka
[1]          M. Nino and M. A. Evans, “Fostering 21st-Century Skills in Constructivist Engineering Classrooms with Digital Game-Based Learning,” Rev. Iberoam. Tecnol. del Aprendiz., vol. 10, no. 3, pp. 143–149, 2015.
[2]          A. Pinto and P. Escudeiro, “The Use of Scratch for the Development of 21st Century Learning Skills in ICT,” Inf. Syst. Technol. (CISTI), 2014 9th Iber. Conf., pp. 1–4, 2014.
[3]          M. W. Fazilat Siddiq, Perman Gochyyev, “Learning in digital networks – ICT literacy: A novel assessment of students’ 21st century skills,” Comput. Educ., vol. 109, pp. 11–37, 2017.
[4]          I. Lin, S. W. Chew, and N. Chen, “A Vocal Assessment Approach to Measure Elementary School Students ’ Critical Thinking Skills,” no. 1, pp. 10–12, 2017.
[5]          N. Fleming and D. Baume, “Learning styles again: VARKing up the right tree!,” Educ. Dev., vol. 7, no. 4, pp. 4–7, 2006.
[6]          Partnership for 21st Century Learning, “P21 Partnership for 21st Century Learning,” Partnersh. 21st Century Learn., p. 9, 2015.
[7]          H. Awang, N. Abd Samad, N. S. Mohd Faiz, R. Roddin, and J. D. Kankia, “Relationship between the Learning Styles Preferences and Academic Achievement,” IOP Conf. Ser. Mater. Sci. Eng., vol. 226, no. 1, 2017.
[8]          L. Styles, “VARK Learning Styles: Visual, Auditory, Read/Write, Kinesthetic Visual Learning Style,” VARK Learn. Styles, 2006.
[9]          P. a. Facione, “Critical Thinking : What It Is and Why It Counts,” Insight Assess., no. ISBN 13: 978-1-891557-07-1., pp. 1–28, 2011.
[10]        O. Meerbaum-Salant, “Learning computer science concepts with scratch,” ICER ’10 Proc. Sixth Int. Work. Comput. Educ. Res., pp. 69–76, 2010.



Label:

1 Komentar:

Pada 7 Oktober 2021 pukul 10.31 , Anonymous Anonim mengatakan...

Berpikir kritis merupakan skill yang diperlukan pada abad ke 21. Berpikir kritis penting untuk memecahkan suatu masalah yang akan dihadapi di perusahaan. Sebab, perusahaan yang maju akan selalu ada masalah sehingga akan terus berkembang. Selengkapnya dapat dibaca di sini: https://dpkka.unair.ac.id/content/view?id=299&t=skills-paling-dicari-di-dunia-kerja-abad-21

 

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda